Halaman

Tuesday, June 26, 2012

Membuat laptop (Windows 7) jadi hotspot

Pernahkah Smartphone anda kehabisan quota bandwidth sehingga speed nya menyebalkan ? atau untuk mengantisipasinya, kita ingin menghemat kuota bandwidth yang sangat minim dari provider ?
Saat ini saya mempunyai smartphone Android. dan sering ketika ingin mengupdate Android, software ataupun aplikasinya, yang ukuran filenya besar-besar. daripada meng-update langsung dari Smartphone yang akan menghabiskan quota bandwidth saja, lebih baik menggunakan wi-fi. sayangnya kadang wifi tidak tersedia, dan hanya kabel LAN saja yang ada. 
Jika kita punya laptop yang dengan fitur wifi. laptop ini dapat dijadikan hotspot. setelah mencari di Internet bagaimana caranya untuk laptop dengan OS Windows 7, maka begini caranya :
Langkah 1 :
- buka Command Prompt sebagai Administrator. Klik kiri Start à ketik cmd à klik kanan cmd.exe à klik Run as Adminstrator


- Pada jendela Command, ketik: netsh wlan set hostednetwork mode=allow ssid=MyNet key=MyPassword keyUsage=persistent
*Ganti “MyNet” dan “MyPassword,” dengan nama apapun yang diinginkan.
- Tekan Enter.
- Ketik : netsh wlan start hostednetwork
- Tekan Enter
- Jika berhasil akan muncul tulisan The hosted network started.
Langkah 2 (cukup sekali saja) :
- Klik kiri Start à Klik Control Panel à Klik Network and Sharing Center à klik Change Adapter Settings.
- Klik kanan Internet Connection (Local Area Connection) à klik Properties à klik Tab Sharing à Check box “Allow other network users to connect.” à pilih WiFi adapter kita à klik OK
*Ref : http://mintywhite.com/windows-7/set-windows-7-wifi-hotspot-quick-tip/

Lalu, bagaimana jika lupa Password ?

Masih sebagai Administrator privillage, pada shell command prompt ketik:

netsh wlan show hostednetwork setting=security

Sunday, June 24, 2012

Velocity Pipa Avtur

Apa perbedaan laju alir (flow rate) dan kecepatan alir (velocity) ? Jika kita membicarakan fluida, maka velocity adalah kecepatan aliran minyak dalam satuan jarak atau perpindahan per satuan waktu, misalnya meter / detik. Sedangkan flow rate adalah Volume per satuan waktu, misalnya Liter Per Menit (LPM). Dalam pipa minyak yang mengalir flow rate dan velocity saling berhubungan dan menentukan kebersihan pipa. Bagaimana caranya ?

Sebelum membahas lebih jauh, kita pasti sering mendengar istilah kondensasi ?  Kebanyakan, pasti langsung membayangkan tangki minyak tempat biasanya terjadinya kondensasi dimana air terkumpul karena kondensasi tersebut . Namun kebanyakan dari kita juga sepertinya lupa kalau kondensasi juga terjadi di dalam Pipa minyak. Padahal perubahan temperatur di pipa, sebagai penyebab utama kondensasi, justru lebih banyak terjadi karena massa yang kecil dan luas area penampangnya lebih banyak. Air yang terkondensasi pada pipa, jika tidak dibersihkan akan menyebabkan kotoran seperti karat dan lumpur berkembang.







Lalu bagaimana membersihkannya ? Padahal kotoran di pipa tersebut tidak bisa di drain.
Menurut bulletin The Gramgram #4, kita harus membuat minyak yang mengalir melakukannnya (membersihkan pipa). Desain dan jaga flow velocity (kecepatan alir) minyak sehingga dapat membersihkan pipa. The Gramgram merekomendasikan paling tidak 6 feet / detik atau sekitar 1,83 meter/ detik.



Sebagai contoh, suatu depot perusahaan minyak yang disuply menggunakan bridger. Loading Rack (Loading Point / LDP) di depot menggunakan loading arm. Sebuah filter separator terletak 30 meter dari LDP.  Sekitar 21 meter pipanya berukuran 8 inch dan terletak di bawah tanah, sisanya 9 meter berukuran 12 inch berada di atas tanah. Minyak yang mengalir tersebut juga melalui clay filter sebelum memasuki filter separator. Sekian lama, hasil colorimetric B2 (ASTM D2276) –hasil yang bagus.
Minyak yang keluar dari bridger pun selalu dilakukan test.

Namun kemudian ditemukan peningkatan jumlah partikel pada ember hingga minyak dari bridger ditolak. Hasil Colorimetric test tetap baik berdasarkan penunjukan warnanya. Setelah mengecek sistemnya ditemukan partikel pada LDP. Pipa ukuran 12 inch dibuka, ¾ bagian bagian permukanaan pipa penuh oleh partikel!

Perhitungan menunjukkan velocity pipa 12 inch pada flow rate 1200 GPM hanya 3,4 feet per detik. Namun, karena alasan relaksasi muatan listrik statis bagian teknik menurunkan flow rate hingga 550 GPM. Laju alir yang rendah ini menyebabkan kecepatan alir (velocity) rendah sekitar 1,6 feet per detik. Inilah yang menyebabkan kotoran pada pipa seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Bagaimana cara cepat menghitung Kecepatan Alir (velocity) ?

Rumusnya adalah V = 0,408 x GPM / d2

Contoh : Pipa ukuran 6 inch, mempunyai flow rate 360 GPM.
Maka, V = 0,4085 x 360 / 62 = 4 feet per second.
Atau berarti masih kurang 2 feet per second untuk mencapai nilai rekomendasi minimum 6 feet per second. Dan untuk mencapainya dapat dengan mengecilkan diameter pipa atau menaikkan flow rate.

Bagaimana jika kita menginginkan rumus untuk satuan flow rate Liter Per Menit (LPM) dan satuan panjang Meter ?







Rumusnya adalah V = 0,033 LPM / d2

Didapat dengan mengubah satuan liter ke gallon dikalikan 0,408 = 0,408 x 0,264 = 0,108. Kemudian ubah angka tersebut ke satuan meter = 0,109 x 0,305 = 0,033.

Ref : The Gramgrams #4

Sunday, June 17, 2012

Mengenal Fitur Safety khususnya Pressure Control System Kendaraan Pengisian Pesawat


Banyak fitur safety yang tersedia pada kendaraan pengisian pesawat, Refueller maupun Hydrant Dispenser. Fitur tersebut baik yang ditambahkan pada kendaraan seperti  APAR (fire extinguisher) dan juga Material Lindungan Lingkungan seperti Absorbent, maupun fitur yang built-in, seperti Interlock yang akan melindungi kendaraan dari pergerakan pada kondisi tidak aman, dan Bonding cable yang akan mencegah beda potensial antara kendaraan dengan pesawat sehingga mengurangi bahaya api.

Selain itu ada juga fitur safety khusus untuk kualitas minyak yang mengalir, seperti Fuel Filter yang akan mencegah kontaminasi Avtur dari partikel padat maupun air supaya tidak masuk ke dalam pesawat, dilengkapi juga dengan DP Gauge sebagai indikator performa filter tersebut. Dan juga ada Hose end Strainer, yang letaknya pada ujung selang kendaraan pengisian sebagai perlindungan terakhir untuk mencegah partikel padat untuk lewat ke dalam pesawat.

Dan selain semua fitur safety tersebut di atas ada lagi fitur yang tidak kalah pentingnya bagi safety pesawat dan kendaraan yaitu Pressure Control. Fungsi utamanya adalah menjaga pressure yang akan masuk ke dalam pesawat agar tidak merusak valve tangki pesawat termasuk karena tekanan kejut (surge pressure) yang mungkin terjadi pada keadaan emergency oleh karena valve di tangki pesawat menutup dengan cepat. 

Meskipun sangat penting, karena cara kerjanya tidak dengan mudah terlihat secara fisik, memang agak membutuhkan sedikit usaha untuk memahaminya. Oleh karenanya, melalui tulisan ini kita akan mencoba membahasnya.

Perlu diketahui ada beberapa jenis equipment tersedia di pasaran. Dan karena yang paling banyak dipakai oleh Pertamina Aviasi adalah keluaran J.C Carter, maka kita akan membatasi tulisan ini untuk merk tersebut.

Sistem Pressure Control

Hose End Pressure Control Valve


buletin The Gramgram #33 mengatakan, Hose End pressure Control Valve (HECV) adalah seperti “pintu” pada pacuan kuda. Selain pintu sebagai pengaman, kita bisa mengikat kuda dengan tali pada tiang. Anggap “tali” sebagai on-board pressure control valve pada kendaraan pengisian, atau yang kita kenal dengan Secondary pressure Control Valve (SPCV). Pada refueller SPCV bisa berupa bypass control valve pompa, sedangkan pada Hydrant Dispenser, SPCV terletak di Hydrant Input Coupler. Kebanyakan spesifikasi peralatan sekarang mensyaratkan ada dua fuelling pressure control yang terpisah; yang satu mem-back up lainnya jika terjadi failure. Tentu saja pintu dan tali memberikan hasil yang lebih baik.

HECV mulai digunakan pada tahun 1960-an ketika angka refuelling meningkat dan industri menyadari belum memberikan cukup perhatian pada pressure control¸dan pada khususnya, mencegah surge pressure (hentakan) pada pesawat.


Sunday, June 10, 2012

Mengenal Confined Space & Pengendalian Bahaya


Lingkungan kerja Pertamina Aviasi terutama di DPPU tidak lepas dari confined space atau ruang terbatas. Artikel ini diharapkan dapat membantu kita mengenali tempat kerja yang masuk ke dalam definisi Confined Space, juga agar membantu menetapkan pengendalian bahaya/hazard control yang efektif.

A. Pengertian Confined Space
Jenis-Jenis tempat kerja dibedakan menjadi:
 1. Ruang Terbuka (Open Space).
2. Ruang Terbatas (Confined Space).

Berdasarkan standar OSHA, Karakteristik Ruang Terbatas adalah, sbb:
1.    Tidak dirancang untuk ditempati secara terus menerus sebagai tempat bekerja normal.
2.    Memiliki ventilasi yang terbatas.
3.    jalan masuk dan keluar terbatas.
Berdasarkan definisi tersebut, kita dapat mengidentifikasi confined space yang ada di lingkungan kerja. Identifikasi dilakukan agar ada standar prosedur kerja khusus, karena tingkat bahaya dalam confined space jauh lebih tinggi dibandingkan tempat kerja open space.

Contoh Ruang Terbatas: Tangki Produk, Tangki Air, Saluran Udara, Header Pit, Saluran Air Bawah Tanah (Sewers), Terowongan, Pipa, dll. 


Bahaya Utama Pada tempat kerja dengan Ruang Terbatas adalah :
·      Ledakan dan / atau kebakaran.
·      Kekurangan Oksigen.
·      Gas/Uap Beracun.
·      Jatuh, dll.
B. Pengendalian Bahaya
Setelah mengetahui  dan mengidentifikasi bahaya yang dapat timbul di tempat kerja, maka kita harus dapat mengendalikannya.  sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, adalah sebagai berikut:
1.Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.
2.Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.
3.Engineering control, merupakan pengendalian pada sumber atau pada proses. Mengisolasi bahaya agar tidak kontak dengan pekerja.
4.Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan instruksi kerja untuk mengurangi bahaya. Ijin Kerja Aman termasuk dalam administrative control.
5.Human Control, melindungi pekerja dari bahaya dengan menggunakan APD.

Sedikit mengenal kegiatan Airside bandara


Pengisian pesawat udara (Refuelling) adalah salah satu dari fungsi  GSE (Ground Support Equipment) kegiatan operasional di Airside (sisi udara) bandara. Ada berbagai kegiatan yang saling berkaitan dalam suatu operasional bandara yang menentukan  kinerja bandara dalam mewujudkan on time performance Pesawat Udara. Dalam tulisan ini kita akan mencoba sedikit mengenal kegiatan operasi bandara di Airside (ramp operations). kemudian juga bagaimana pengaruhnya terhadap Safety Level dan Service Level bandara.

Proses bisnis operasional bandara, secara umum dapat dijelaskan gambar di bawah;
Dari gambar tersebut terlihat bahwa pelayanan kegiatan operasional bandara tidak terpisahkan dari pelayanan Ground Handling. Setiap pesawat udara yang dioperasikan, pasti membutuhkan Ground Handling Operator (GHO) untuk mengurus pesawatnya dan seluruh muatannya. Pada dasarnya GHO baru dapat bekerja setelah mendapatkan job order (melalui kontrak yang disebut Standard Ground Handling Agreement / SGHA) dari airlines.

Seluruh kegiatan utama Ground Handling di Airside (Ramp Operations) pasti memerlukan bantuan berupa GSE (Ground Support Equipment) dengan jumlah dan jenis sesuai kebutuhan dan tipe pesawatnya, sehingga mutlak memerlukan apron dengan luas yang cukup untuk menampung kegiatan operasional tersebut, jika tidak akan meningkatkan resiko pergerakan GSE yang menyalahi prosedur operasi yang ditentukan,dan berpotensi terjadinya pelanggaran dan kecelakaan berujung delay pesawat dan mengakibatkan menurunnya service level dan safety level di bandara tersebut. Bandara harus dapat menyediakan apron dengan luas dan kapasitas yang memadai agar pelayanan ground handling dapat berjalan dengan leluasa tanpa halangan dan keterbatasan space.
Berikut adalah gambaran kegiatan berbagai GSE.



Gambar 1 : GSE yang dibutuhkan dalam Aircraft Ground Handling